*Seandainya Aku Jadi Aburizal Bakrie*
ditulis oleh Made Teddy Artiana, S. Komp
fotografer & penulis
*Aburizal Bakrie.* Siapa yang tidak kenal beliau ? 99% orang Indonesia pasti
pernah mendengar namanya tidak hanya didunia bisnis namun juga didunia
politik. Tidak berlebihan memang, karena sepak terjang Ical, kerap kali
menarik perhatian, alias membuat geger.
Terlepas dari masalah pengemplangan pajak, yang dituduhkan oleh Dirjen
Pajak, Indonesia Corruption Watch (ICW) dan mantan menkeu, Sri Mulyani yang
kabarnya mencapai *triliyun-triliyunan,* demikian juga masalah Lumpur
Lapindo, yang telah ditetapkan pemerintah sebagai bencana alam, dan belum
dapat teratasi hingga sekarang.
Terlepas dari itu semua, kalau boleh jujur, sejak dulu aku amat sangat
mengidolakan sosok Aburizal Bakrie. Dengan kerajaan bisnis yang begitu
menggurita, dari batu bara, perkebunan, minyak, telekomunikasi dan lain
sebagainya. Bayangkan berapa besar sumbangan yang diberikan oleh Bakrie
terhadap roda perekonomian Indonesia ? Berapa besar bisnisnya berhasil
menyerap tenaga kerja diseluruh negeri ini ? Berapa besar devisa yang
didatangkan oleh perusahaan-perusahaan mereka ?
*(Bandingkan dengan para koruptor goblok yang tidak tahu malu, yang bisanya
hanya nyolong, menggertak,main kuasa, memeras, memperkaya diri sendiri,
tanpa berdampak pada lapangan kerja untuk orang banyak dan kemakmuran
perekonomian bangsa. Kalau berani jadi pengusaha, jangan jago kandang doang
!!!)*
Buatku pribadi Aburizal Bakrie adalah sosok ideal anak bangsa yang
berkontribusi luar biasa dengan enterpreneur spirit yang dashyat. Lulusan
ITB ini adalah pengusaha nasional favorite buatku. Perwujudan segala
mimpi-mimpi ku. Pengusaha briliant, sukses sejak muda, kaya raya, cerdas dan
punya kekuasaan informal yang sangat besar.
Tidak hanya itu, *Ical* juga dikenal jago sihir. Dunia bisnis sering
membuktikan bahwa apa yang bagi sementara orang ‘mustahil’, dapat dirubah
oleh beliau menjadi ‘kenyataan’.
Tahun 1997, ketika dunia bisnis berantakan dihajar krisis moneter, group
Bakrie seperti halnya perusahaan-perusahaan lain- termasuk kedalam daftar
‘sekarat’ dan harus masuk UGD, karena sudah megap-megap. Sepuluh tahun
kemudian, Bakrie sudah mencatatkan dirinya sebagai orang terkaya pertama di
Asia Tenggara !
Jauh melampaui Robert Kuok (orang terkaya di Malaysia - memiliki 7,6 miliar
dolar AS), Teng Fong (terkaya di Singapura - memiliki 6,7 miliar dolar AS),
Chaleo Yoovidya (terkaya di Thailand - memiliki 3,5 miliar dolar AS), dan
Jaime Zobel de Ayala (terkaya di Filipina – memiliki 2 miliar dolar AS).
Tersebutlah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bisnis perhotelan, Bumi
Modern namanya. Disekitar tahun 2000, group Bakrie masuk dan mengubah tidak
hanya nama melainkan juga bidang usaha Bumi. Bumi moderen berubah nama
menjadi Bumi Resources, bidang perhotelan jadi pertambangan batu bara.
Bumi mulai dikenal orang ketika ia membeli perusahaan tambang batubara
bernama PT. Arutmin Indonesia, ini menggemparkan karena jika dianalogikan
traksaksi pembelian ini mirip ikan teri menelan ikan tongkol. Apa yang
membuat bank dan para peminjam modal percaya akan visi Bakrie yang belum
tentu benar, dan merelakan penjaman duit sedemikian besar ?
Belum lagi selesai keterkejutan dunia bisnis, ditahun 2003, Bumi kembali
melakukan hal spektakuler, yang gaungnya sampai kedunia internasional : Bumi
membeli KPC (Kaltim Prima Coal)-perusahaan tambang batubara terbesar
didunia, dengan kapasitas produksi raksasa- dari tangan Rio Tinto. Kali ini
ikan teri itu, berhasil menelan ikan paus bulat-bulat !! Transaksi yang
mustahil, tapi berhasil dibuat jadi kenyataan oleh Bakrie.
Dari mana sumber dana pembeliaan berasal ? Apa yang mengakibatkan Rio Tinto
mau menjual 100% saham mereka kepada Group Bakrie dengan harga $500 juta,
padahal perkiraan harga pemerintah terhadap KPC sebesar $800 juta ? Apa
kekuasaan dan pengaruh Bakrie memang sedemikian luar biasa ?
Tidak ada yang dapat memberikan penjelasan dengan pasti. Itu adalah sebuah
transaksi keuangan yang demikian rumit, lobby-lobby super tangguh, visi yang
sangat luar biasa. *Transaksi yang hanya bisa dilakukan oleh para dewa !*
Itu belum seberapa, ketika telah mengambil alih KPC dan Arutmin, entah
kebetulan atau memang mata sihir keluarga Bakrie sudah dapat melihatnya,
beberapa bulan kemudian harga batu bara duniapun melejit, mencapai titik
tertinggi. Dengan kapasitas produksi raksasa dan harga jual batu bara yang
sangat tinggi, bayangkan keuntungan yang diraih oleh Bumi. Luar biasa !
Tidak munafik, saat itu aku dan beberapa teman yang memang berinvestasi di
pasar saham (dalam skala kecil tentu saja) ikut kecipratan rejeki nomplok
dari melambung-liar nya harga saham berkode BUMI ini. Setiap pagi kami, para
investor kecil-kecilan ini dengan tegang menatap tak berkedip layar monitor,
menyaksikan geliat saham BUMI. Bahkan *one day trading* yang kami lakukan
iseng-isengpun menghasilkan hasil yang luarbiasa cukup untuk makan siang
tiga bulan.
Seorang teman, dengan jumlah lot saham BUMI terbesar diantara kami, begitu
terobsesi, hingga terbawa mimpi ketika saham BUMI disuspen, karena otoritas
BEJ menuntut manajemen BUMI memberikan keterbukaan informasi pada investor
publik. Dalam mimpi temanku itu, ia dan aku (kok bisa-bisanya aku masuk
dimimpinya) menunggu mondar-mandir gelisah di sebuah pintu ruangan yang
tertutup yang bertuliskan ‘JANGAN BERISIK BEJ DAN BUMI SEDANG MEETING’.
Beberapa tahun berlalu, harga saham BUMI yang dulu hanya berkisar 300-an,
akhirnya sempat menyentuh 8.000-an sebelum kemudian anjlok, *buy back* dan
bertengger diangka 2.000-an, sampai sekarang.
Rupanya akrobat belum selesai, group Bakrie kembali melakukan sesuatu yang
menggemparkan dunia bisnis. Mereka menjual Arutmin dan KPC dan nilai jual
belinya disekitar $3 miliyar (27 Triliyun), jauh diatas transaksi yang
dilakukan keluarga Sampoerna dengan Philip Moris, yakni sekitar $2 miliyar
(18 Triliyun). Membeli di harga $500 juta dan menjual kemudian diharga $3
miliyar !
Beberapa tahun kemudian, kembali terdengar isu bahwa Bumi akan membeli KPC
kembali dari tangan Tata Power dengan harga sesuai kesepakatan jual beli,
BUMI berhak menerima penawaran pertama jika Tata berniat menjual KPC dan
Arutmin. Dan kabarnya, harga itu sangat rendah, hanya 50 persen dari harga
beli Tata !
*Sedikit menyimpang dari itu semua. Apakah masuk akal jika pengusaha
sekaliber ini kemudian mati-matian hanya berniat jadi presiden
**Indonesia**? Aku meragukannya.
*
Aku rasa Aburizal *nggak* berminat jadi presiden, namun lebih dari itu,
diatas presiden. Sebuah kekuasaan informal yang sangat amat mempengaruhi
presiden. (persis mirip dengan kekuasaan bank-bank Yahudi terhadap Presiden
USA)
Aku rasa itu sah-sah saja. Sepanjang sang saudagar tetap mengedepankan moral
dan membuat rakyat dan bangsa ini jauh lebih makmur dari sekarang. Karena
suka tidak suka, waktu sudah membuktikan bahwa kadang lembaga-lembaga
pengawas, tidak terlalu efektif untuk digunakan sebagai alat memonitor kerja
pemerintahan.
*So what is the plan ?*
Simple walau agak aneh memang, tapi tidak ada salahnya kita coba. Karena
pengaruh doa sampai kapanpun, adalah mendekatkan kita dengan kepada siapa
kita berdoa (TUHAN) dan mendekatkan hati kita untuk siapa kita berdoa.(anak,
istri, sahabat, orang lain, bahkan musuh).
Karena itu mari kita mendoakan 100 orang terkaya di Indonesia dengan hati
yang tulus, terutama ia yang berada dipuncak kumpulan mereka, Aburizal
Bakrie, supaya TUHAN yang memberikan segenap kecerdasan, keberuntungan,
keajaiban, kesehatan dan kemuliaan itu semakin memberkati mereka dengan
kemakmuran yang lebih dashyat, menganugrahkan keluarga mereka dengan
harmonis, kesehatan bagi mereka, istri, anak dan cucunya dan yang terpenting
dari semuanya itu, menggerakkan para taipan-taipan tersebut untuk punya hati
yang takut akan TUHAN dan tulus mengasihi bangsa dan rakyat Indonesia.
Sehingga teori gelas penuh yang akan tumpah kesekelilingnya itu akhirnya
dapat terwujud.
Apakah itu mungkin ? Sebagian kawan dekat ketika kuceritakan hal ini serta
merta mencibir : “Elu kurang istirahat, Made. Jadi mimpinya kebablasan !!”.
Demo dan ancaman mungkin dapat melakukan sesuatu. Demikian pula kekerasaan
dan kerusuhan. Tapi ‘doa’ seringkali sudah dilupakan. Sebuah senjata
pamungkas yang sudah dibuang jauh-jauh, karena dianggap kuno, gak
menghasilkan dan lambat pengaruhnya.
Manusia lupa bahwa ketika kita berdoa kita berurusan dengan kekuatan Maha
Dashyat yang mengendalikan tidak hanya langit, bumi, laut dan segala isinya,
namun juga jutaan galaksi dan antariksa. Pribadi yang punya otoritas tunggal
terhadap waktu, masa dan nasib manusia. Jika IA menutup tak ada yang dapat
membuka, meninggikan dan tak ada yang sanggup merendahkan, mematikan dan
tidak ada seorangpun yang dapat menghidupkan.
Doa mengundang intervensi TUHAN. Apapun dapat terjadi jika IA sudah
terlibat. Tidak ada perkara sebesar apapun yang terlalu mustahil bagi TUHAN,
termasuk mengubah hati seseorang.
*(Bayangkan apa yang terjadi jika ratusan juta orang **Indonesia** ini
berdoa sungguh-sungguh, demi kemajuan dan kemakmuran bangsa)*
Kita kembali menengok judul diatas, kemudian seandainya saja aku akhirnya
memiliki kecerdasan, kekayaan dan pengaruh seperti Aburizal Bakrie. Apa sih
yang kira-kira akan kulakukan ?
Aku akan ikut mengawasi pemerintah. Memutasi pejabat-pejabat bandel ke
pedalaman gunung Jayawijaya. Menekan kepala daerah, yang waktu berkampanye
berjanji ini-itu, mengaku ahli, padahal ‘telmi’ setelah menjabat. Bahkan
mengawasi menteri-mentri, yang lebih suka tampil di televisi, berfoto jaim
di majalah dan pinggir jalan, padahal tidak berprestasi kerja. Memonitor
oknum anggota DPR yang asyik plesiran, main perempuan, korupsi dan lupa
bekerja. Mendukung kinerja presiden dan wapres, lewat jalur informal.
Aku akan memberikan pensiun Rp. 500 juta, kepada para guru yang sudah
terbukti mengabdi berpuluh-puluh tahun dengan iklash, mencerdaskan para
bakal gubernur, mentri, presiden dan pengusaha.
Memberikan 1 M, dalam bentuk ternak, modal kerja dan beasiswa, kepada desa
yang masyarakatnya terbukti telah bergotong royong membangun, menjaga dan
memakmurkan desa mereka.
Memanggil seluruh orang pintar Indonesia yang terpaksa harus kabur dan
bekerja di luar negeri, hanya karena gaji yang kurang dan kurangnya
penghargaan terhadap nasinalisme mereka.
Menganggarkan Rp. 1 Miliar setiap tahun untuk pesantren dan pusat-pusat
pendidikan agama diberbagai pelosok Indonesia, sehingga para ulama, pendeta,
pedanda dan tokoh agama dapat mengarahkan umat mereka kepada jalan yang
benar. Dan menjadikan pusat-pusat keagamaan iu sebagai pusat pembentukan
akhlak yang mulia, pemuda-pemuda militan ‘yang berani hidup’ berjuang untuk
memenuhi takdir mereka sebagai rahmat bagi semesta, dan bukan sebagai tempat
berakar nya dendam kesumat, kebencian, balas dendam yang pasti akan menambah
lebar luka, mengeruhkan hati nurani, yang jika dilanjutkan tidak akan
berakhir sampai kapanpun juga.
Hadiah Rp. 100 Miliar kepada para penegak hukum yang berani membongkar
hingga tuntas skandal kejahatan apapun ditubuh lembaga negara.
Memberikan pensiun 1 Triliyun bagi kepala negara/presiden dan wapres, dan
100 Miliar bagi kepala daerah setingkat gubernur, yang dalam masa
pemerintahannya telah berhasil membawa dampak kemakmuran dan kemajuan yang
signifikan bagi bangsa dan negara.
Dan banyak program lain.
Semoga TUHAN memberkati Aburizal Bakrie dan 100 orang terkaya di Indonesia,
sehingga menjadi 100 orang terkaya di dunia dan 100 orang terkaya yang
namanya tercantum juga di Sorga ! Karena sampai kapanpun Sorga tidak akan
mungkin terbeli dengan uang, seberapapun besar jumlahnya. Dan TUHAN tak
mungkin dapat kita akal-akali, seberapapun cerdas otak yang kita miliki.
(selesai)
*Tulisan-tulisan ku dapat dibaca di **
http://semarbagongpetrukgareng.blogspot.com*
http://semarbagongpetrukgareng.blogspot.com/
Take ACTION, Make It HAPPEN !
trims
sutarman
Peluang dapat duit dari Internet. Klik di sini aja!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar